Ilmu Makrifat Terawangan Mata Terbuka

CIWIDARA - TERAWANGAN adalah ilmu untuk melihat (dengan mata jiwa –mata ruhani — mata hati, dan /atau mata fisik).

Melihat adalah aktivitas arus informasi dari stimulus dari luar diri/bisa jadi di dalam diri dan selanjutnya di teruskan ke otak untuk diproses lebih lanjut menjadi sebuah keputusan tindakan.

Berikut adalah ilmu trawangan dengan mata fisik yang kita buka.

KUNCINYA: KEYAKINAN!

Caranya sebagai berikut:

    Baca Audzubillahiminasyyaitonirrojim.
1.    Baca Bismillahirrohmanirrohim.
    Nafas santai, pikiran tenang. Kita kendalikan pikiran dan emosi. Bukan pikiran dan emosi yang mengendalikan kita.
2.    Bukalah mata Anda dan bacalah doa dalam hati: Wahuwa ma’akum ayna maa kuntum waallaahu bimaa ta’maluuna bashiir.
3.     Selanjutnya arahkan mata Anda  ke obyek apa yang ingin anda lihat. DALAM HATI WIRIDKAN ALLAH…. ALLAH… ALLAH… ALLAH… ALLAH… ALLAH
4.     Selanjutnya pejamkan mata sesaat (sekitar 5 detik saja) untuk menyimpan informasi tersebut. Insya allah informasi yang kita dapatkan itu akan membawa manfaat buat kehidupan kita. Amin Y.R.A.

CATATAN:
Wahuwa ma’akum ayna maa kuntum waallaahu bimaa ta’maluuna bashiir artinya “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al Hadid ayat 4).

Ayat ini juga bagus untuk meminta perlindungan agar kita senantiasa SADAR  (kebanyakan dari kita tidak menyadari)  bahwa:

ALLAH ADA DI SETIAP TEMPAT DAN DI SETIAP SAAT SELALU MENEMANI KITA!

MENJAGA KITA!

MELINDUNGI KITA!

MENGASIHI KITA!

namun INGAT!

ALLAH MENEMANI DENGAN CARA DIA MENEMANI,

ALLAH MELINDUNGI DENGAN  CARA DIA MELINDUNGI,

ALLAH MENYAYANGI DENGAN CARA DIA MENYAYANGI,

ALLAH MENGAJARI KITA DENGAN CARA DIA MENGAJARI.

BUKAN DENGAN CARA KITA… TAPI CARA ALLAH SWT.

AYO KITA RENUNGKAN SEDULUR….
logoblog
Ilmu Makrifat Terawangan Mata Terbuka

KH. Masduqi Ali

CIWIDARA  - “ Santri ora mesti dadi kiai kabeh, sing penting apa bae penggaweane, ilmu lan uripe akeh manfaate kanggo wong akeh.”

Sepenggal kalimat berbahasa Cirebon yang berarti, “santri tidak semuanya harus menjadi Kiai, apa pun pekerjaannya yang penting ilmunya bermanfaat buat masyarakat luas”, itu adalah salah satu ungkapan dari KH Masduqi Ali, pengasuh Pesantren Miftahul Mutallilmin Babakan Ciwaringin Cirebon yang wafat tahun 1991, kalimat tersebut memberikan gambaran, bahwa setiap santri atau murid ketika sudah alumni apapun profesinya nanti agar ilmunya bisa bermanfaat bagi semua orang.

KH Masduqi Ali, konon adalah sekretaris pribadi Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, beliau adalah sosok ulama yang sangat kharismatik dan diakui kealimannya oleh ulama lainnya di zamannya. Saat masih nyantri di pesantren Tebuireng Jombang, beliau termasuk santri yang sangat cerdas. Karena kecerdasannya beliau kemudian diambil menantu oleh KH Muhammad Amin (Ki Madamin) Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon atas usulan putra tertua Ki Madamin yang juga teman belajarnya di pesantren; Ki Solihin. Solihin muda, yang sosoknya diabadikan dalam film “Sang Kiai” merupakan santri kesayangan Mbah Hasyim yang selalu menemaninya kemana pun sang kiai pergi, termasuk menemaninya saat dalam penjara untuk ikut merasakan susahnya sang guru dalam bilik jeruji.

Menurut almarhum Kiai Bulqin (Mang Bulqin), murid Kiai Masduqi saat di Tebuireng yang kemudian tinggal di Jalan Jambrut (samping kantor PBNU), selain menjadi katib-nya Mbah Hasyim, Kiai Masduqi juga sempat mengasuh Gus Dur saat masih kanak-kanak.

Tak heran Gus Dur sendiri seringkali sowan ke Pesantren Babakan, untuk bertemu “sang pengasuhnya” tersebut, bahkan saat KH Ali Yafie mengundurkan diri dari Rais ‘Aam PBNU, Gus Dur yang saat itu menjadi Ketua umum Tanfidziah PBNU sempat mengusulkan nama KH Masduqi untuk posisi Rais ‘Aam yang kosong tersebut, namun Allah punya kehendak lain, beliau keburu wafat pada tahun 1991, setahun sebelum pelaksanaan Munas Alim Ulama di Lampung (1992). Namun demikian, Gus Dur tetap meminta musyawirin (peserta Munas) bahwa penggantinya adalah wakil dari Jawa Barat, yang kemudian menyepakati KH Ilyas Rukhiyat dari Pesantren Cipasung, yang saat itu menjadi Rais Syuriyah Jawa Barat untuk ditetapkan sebagai Rais ‘Aam menggantikan KH Ali Yafie.

KH Masduqi merupakan sosok ulama yang sangat disiplin, tegas dalam mengambil keputusan. Tulisan beliau yang indah membuat penulis semakin ingin mendalami ilmu agama, setiap usai berjamaah shalat subuh, beliau mengajari santrinya di serambi masjid dan selalu mengukir goresan kapurnya di papan tulis dengan tulisan arab indah bergaya khat naskhi. Memang selain beliau, di pesantren Babakan ada beberapa kiai yang mempunyai tulisan berkaligrafi seperti KH Tamam Kamali dengan tulisan khath riq’ah-nya, KH Muntab yang fanatik dengan gaya diwani-nya, juga ada master kaligrafer yakni Kiai Qasim Muqawi, guru khath yang menginspirasi bakat seni saya, di samping kiai-kiai di atas tadi. 

Penulis sangat beruntung bisa belajar langsung ke KH Masduqi Ali, dahulu ayah saya menitipkan ke beliau beralasan ingin tabarrukan (ngalap berkah), karena KH Masduqi Ali saat itu (1984) adalah sesepuh Pesantren Babakan bersama KH Fathoni Amin, beliau merupakan sosok ulama yang alim, baik dalam disiplin ilmu fiqih, mantiq, balaghah dan nahwu.
Di lingkungan Pesantren Babakan, beliau memang dikenal sosok yang dianggap “galak”, namun sebenarnya berhati lembut dan tegas. Ada satu cerita dari penduduk sekitar, suatu ketika Kiai Masduqi mempunyai tukang kayu yang akan mengganti jendela yang rapuh, saat si tukang memotong-motong kayu, kiai nanya ke tukang, “Mang, kenapa kayu bagus gitu koq dipotong-potong?” ditanya begitu si tukang gelagapan kebingungan, dan akhirnya si tukang pergi ke pinggir sungai sambil melamun.
Saat melamun itu tiba-tiba datang sahabat karibnya dan menegur: “Lho bukannya kamu lagi nuking dirumah kiai, koq malah nyantai sambil ngerokok disini?”. Si tukang kemudian menjawab:”justru itu saya lagi bingung, kan saya diminta untuk ganti jendela rumah kiai, tapi begitu saya gergaji kayu malah saya dimarahi, kenapa kayu bagus-bagus koq dipotong? Lho saya bingung jawabnya?”. Mendengar itu si karibnya ketawa, ya kamu jawab aja: “ya kalau gak dipotong kayunya ya gak bias jadi jendela gitu.” “tapi saya gak berani jawabnya..”. sergah si tukang, “udah jawab aja begitu”.

Akhirnya si tukang kembali ke rumah kiai sambil deg-degan dan melanjutkan penggergajian kayunya, beberapa saat kemudian kiai datang dan menanyakan lagi: “lho kamu masih moton-motong kayu aja, kenapa dirusak itu kayunya?”. Kali ini si tukang berani menjawab: “injih kiai, anu kalau gak dipotong ya gak bisa jadi jendela..”. “Ooo…gitu ya bener, yaudah lanjutin ya yang bener kerjanya”. Pinta Kiai Masduqi kepada tukang tersebut. Cerita tersebut menggambarkan pak Kiai sedang mendidik mengajarkan logika kepada tukang agar tahu apa yang harus dikerjakan dan tahu alasannya, namun kadang banyak yang tidak difahami oleh yang lain, sehingga salah pengertian.

Ada satu hal yang menarik, ketika ayah saya menitipkan saya dan minta didoakan agar selama saya mondok supaya diberi kesabaran, mendengar itu Kiai menjawab dengan nada tinggi: “kamu ini kaya Tuhan saja, gak boleh itu minta sabar, karena sabar itu sifat Allah yakni Asshobur. Bapak saya terdiam sambil menunduk, baru kemudian kiai cerita yang lain, bahwa kiai kenal kakek saya dan pernah ngaji sama kiai, padahal kakek saya lebih sepuh, beliau mencontohkan bahwa orang dulu itu tawaddu’ mau ngaji sama yang lebih muda, walaupun belum tentu lebih alim. Dan belakangan saya baru tahu kalau Kiai Masduqi Ali dengan kakekku, Kiai Ahmad Ali masih satu keturunan dari Mbah Jaha Wanasaba, wallahu a’lam.


Dr H Sa’dullah Affandy, Katib Syuriyah PBNU dan alumni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon
logoblog
KH. Masduqi Ali

Pengijazahan Ilmu Mahabah

CIWIDARA - Bismilah. Malam yg mulia ini sy ijasahkan ilmu mahabbah kpd sedulur yg berkenan memilikinya.

WAATHUF QULUUBAL AALAMINA BIASRIHIM ALAYYA AALBISNII QOBUULAN BISALMAHAT 60 X selama 7 malam.

Setelah mengamalkan 7 hari maka anda sdh punya ilmu ini. Utk matek ajian ilmu, baca doa tahan napas dan sampai dikalimat AALAMINA maka bayangkan target ikut kemauan anda.

Baca cukup 1 x saja

Insya alloh target manut dan mengikuti kemauan dan cinta anda. Dia akan terpelet dengan ilmu anda.

Ijasahan selesai.
logoblog
Pengijazahan Ilmu Mahabah

Teknik Berkomunikasi Dengan Makhluk Jin

CIWIDARA - Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan. Mereka bisa berkomunikasi satu sama lain secara intuitif. Maka, manusia bisa mengajak berkomunikasi dengan apapun juga termasuk makhluk gaib karena mereka sesungguhnya makhluk yang hidup seperti kita.

Agar kita dengan intuisi kita dapat berbicara satu sama lain, maka dibutuhkan pengetahuan khusus. Yaitu sejenis keahlian untuk menangkap hakikat obyek-obyek di luar diri manusia. Salah satu obyek itu adalah JIN.

Keahlian itu adalah keahlian untuk olah batin kita untuk melakukan tiga reduksi. Reduksi itu diperlukan sebagai tahap penyingkiran semua tabir/hal yang mengganggu pandangan kita sehingga nantinya kita bisa menangkap secara jelas penampakan obyek kita yaitu jin.

Reduksi pertama: menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif. Singkirkan dulu keakuan kita. Keakuan adalah salah satu pintu penutup kita melihat kegaiban. Sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang akan diajak bicara.

Reduksi kedua: menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang obyek yang diselidiki yang diperoleh dari sumber yang lain, semua teori dan hipotesis yang sudah ada. Untuk sementara, setelah kita mampu melakukan penyingkiran keakuan/ego maka semua teori tentang jin harus ditinggalkan. Tahap Anda harus “tidak tahu apa-apa tentang jin” ini.

Reduksi ketiga: menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan termasuk pengetahuan dan praktik mistik dan mengalaminya dengan totalitas penghayatan. Segala sesuatu yang sudah dikatakan tentang jin harus untuk sementara dilupakan. Kita memasuki kondisi nol. Yaitu kondisi ketika kita tidak berpikir apa-apa tentang jin, dan tidak memiliki pengetahuan apa-apa namun mengalami dengan seluruh totalitas pengalaman “ku terhadap ada mu (jin)”

Kalau reduksi-reduksi ini berhasil, gejala penampakan jin akan terlihat dengan sendirinya. Metode sederhana ini saya rasakan terbukti sangat efektif untuk berkomunikasi dengan jin. Terserah Anda mau dengan cara/ritual/metode atau mantra/doa apapun juga, monggo saja. Intinya bahwa semua metode, matra dan doa-doa itu hanyalah sebagai sarana untuk memantapkan tahap reduksi pertama, kedua dan ketiga.

Yang saya paparkan ini hanya dasar tangga menuju komunikasi dengan jin. Makhluk Tuhan ini juga seperti kita, sehingga kita jadikan dia teman belajar untuk berbagi kebijaksanaan.

logoblog
Teknik Berkomunikasi Dengan Makhluk Jin

Ajian Suket Kalanjana : Untuk Melihat Alam Ghaib

CIWIDARA - Bagi para leluhur Jawa yang waskita, memiliki kemampuan melihat alam gaib adalah suatu keharusan.

Para leluhur yang waskita ini adalah mereka yang menggunakan seluruh potensi yang sudah dimiliki sejak awal. Potensi itu berupa rasio/akal, budi, rasa/batin hingga kesadaran ruh. Dengan menggunakan seluruh potensi yang tersedia, maka kita tidak hanya memiliki kecerdasan akal, kecerdasan mental/emosi namun juga kecerdasan spiritual. Semuanya terangkum dalam kata; menjadi orang yang Bijaksana atau Wicaksana.

Di Jawa, kita mengenal sebuah ajian yang sangat langka untuk melihat alam gaib yang dihuni oleh makhluk halus gendruwo, buto ijo dan teman-temannya. Nama ajian itu Aji Suket Kalanjana. Ajian ini adalah untuk mengoptimalkan potensi rasa pangrasa/batin hingga bisa “melihat” apa yang tidak bisa “dilihat” oleh orang lain.

Untuk memiliki ajian ini maka orang harus menjalani laku yang berat yaitu puasa 40 hari, patigeni sehari semalam mulai hari Kamis Kliwon. Mantra dibaca setiap jam 12 malam selama menjalani puasa dan patigeni.

Mantranya sebagai berikut:
“Niat ingsun amatek ajiku si suket kalanjana, aji pengawasan soko sang hyang pramana, byar padhang jumengglang paningalingsun, sakabehing sipat podho katon saking kersaning Allah”

Cara matek aji kalanjana: mantra dibaca dalam hati.  Tangan kanan ditempelkan di ulu hati dan tangan kiri diusapkan ke mata 3 x.

logoblog
Ajian Suket Kalanjana : Untuk Melihat Alam Ghaib