Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggengam ilmu dengan sekali
pencabutan, mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu
dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang
ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka
mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat
dan menyesatkan. (Riwayat Al Bukhari)
Al Munawi menjelaskan bahwa yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu
untuk makrifatullah dan iman kepada-Nya serta ilmu mengenai hukum-hukum
Allah, karena ilmu hakiki adalah ilmu yang berkenaan dengan hal ini.
Dengan wafatnya para ulama maka proses mengajar akan berhenti, sehingga
tidak ada yang menggentikan ulama-ulama sebelumnya.
Ulama Diangkat dan Buku Tidak Bisa Menggantikan
Imam Ahmad menyebutkan bahwa hadits ini disampaikan Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam ketika haji wada’. Di riwayat lain
disebutkan bahwa seorang badui bertanya kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam,”Wahai Nabi Allah, bagaimana ilmu diangkat sedangkan ada
pada kami mushaf-mushaf, dan kami telah belajar darinya apa yang ada di
dalamnya dan kami mengajarkan istri-istri, anak-anak dan para pembantu
kami?”
Maka, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendongakkan wajah dan
beliau marah lalu bersabda,”Ini orang-orang Yahudi dan Nashrani ada pada
mereka lembaran-lembaran, mereka tidak mempelajari darinya mengenai apa
yang datang kepada mereka dari para nabi mereka”.
Al Munawi menyatakan bahwasannya hadits di atas menunjukkan bahwa
adanya buku-buku setelah ilmu diangkat dengan meninggalnya para ulama,
buku-buku itu tidak berguna apapun bagi orang yang bodoh. (Faidh Al
Qadir, 2/274)
Imam As Syatibi juga menyatakan bahwa di masa lalu, ilmu itu di dada
para ulama, kemudian berpindah ke buku-buku, namun kuncinya masih di
tangan para ulama. (Al Muwafaqat, 1/31)
» Thanks for reading: Ilmu Dicabut dengan Wafatnya Ulama Meski Ada Buku